SAYA sedang menonton kuis "Siapa Lebih Berani" di suatu pagi, kemudian tersedak kopi yang sedang saya hirup. Setelah itu, dengan tampang yang masih bloon, saya duduk terenyak dan mulai misuh-misuh sendiri. Sedih dan kesal rasanya hati ini melihat para peserta yang kebetulan saat itu semuanya adalah anak-anak, usia SD (mungkin kelas 5 atau 6) yang buta dengan budaya sendiri.
Pertanyaan yang diajukan oleh sang presenter (Helmi Yahya dan Alya Rohali) adalah pertanyaan yang tidak susah. "Sebutkan kalimat terakhir dari lagu Indonesia Raya!". Kelima peserta yang masih imut-imut itu terdiam, saya masih optimis. Yaah, namanya juga lagu Indonesia Raya kan panjaang, ya bok. Saya pun ikut bernyanyi dalam hati. Tiba-tiba salah seorang peserta menjawab, kebetulan saya lupa dia jawab apa, tapi itu sudah pasti bukan lirik lagu Indonesia Raya. Yang membuat saya tersedak adalah, salah satu peserta imut itu ada yang bertanya, "kayak apa sih itu lagu Indonesia Raya?".
Lho, kamu kok nanya begitu? Bukannya tiap hari senin kamu pake baju putih-putih, buat upacara? Begitu salah satu kalimat misuh-misuh saya. Dulu waktu jaman saya masih imut dan masih punya rambut panjang dan sering di kepang dua, saya selalu ingat, tiap hari senin pagi adalah waktu upacara kenaikan bendera. Biasanya, entah jadi konduktor, atau jadi pembaca pancasila, atau jadi pengibar (bahkan pernah sesekali menjadi pemimpin upacara) pasti saya lakoni. Saya (dan juga teman-teman saya yang lahir di tahun 1987) saat itu hapal dengan semua lagu-lagu nasional. Indonesia Raya sih bukan cuman hapal, malah mendarah daging, walaupun dulu itu masih bego (atau masih bisa di bego-bego-in hehehe).
Dulu waktu SD, boro-boro ngerti artinya nasionalisme, budaya saja saya nggak tau definisinya. Tapi perihal menghapal lagu-lagu wajib nasional dan lagu daerah boleh diadu dengan anak-anak jaman sekarang. Saya pernah punya buku kumpulan lagu wajib dan daerah. Entah dulu siapa penyusunnya dan siapa penerbitnya. Hanya saja sampai sekarang saya masih ingat, kalau yang lagu wajib sampulnya warna hijau telor asin, dan yang lagu daerah warna pink (masih dijualkah buku itu?)
Anyway, kembali pada peserta kuis "Siapa Lebih Berani". Karena tidak ada satupun yang bisa menjawab, maka pertanyaan tersebut di hangus. Pertanyaan selanjutnya adalah mereka harus menebak judul lagu dan siapa penyanyi yang akan ditayangkan di monitor yang ada dibelakang mereka. "Aku bukaan wonderwomen mu yang bisa...". Bahkan cuplikan video klip itu baru muncul sekitar 5 detik saja, bahkan sang pemandu acara belum sempat menanyakan pertanyaan. Para peserta cilik itu sudah berebutan menekan bell dan serentak menjawab "WONDERWOMAN, MULAN JAMILAH".
Apaah?! Saya kontan sewot melihat adegan itu, dan makin memperpanjang daftar kalimat misuh-misuh saya. Ada apa sih dengan anak SD jaman sekarang?
No comments:
Post a Comment